Kacamata ?!

Aku ini orangnya anti-kacamata, sudah beberapa kali aku menolak untuk membeli kacamata. Alasannya hanya malu masuk sekolah. Nah, hari ini ada cek kesehatan mata, aku gugup. Takutnya memakai kacamata. Kata ibuku, sekolahnya pulang cepat saja, biar nanti, langsung pergi pakai baju sekolah. Setelah sekolah, aku langsung dijemput ibuku dan dibawa ke dokter mata. Tesnya sangat lama beberapa ganti lensa, tetap buram. Akhirnya, ketemu juga lensa yang cocok. Tetapi, itu membuat berita buruk, aku harus permanen memakai KACAMATA!!!!. Aku sangat gugup saat harus memilih frame kacamata. Tetapi aku berpikir, memang ada benarnya memakai kacamata. Dikelas saja, aku duduk paling belakang dan merasa buram jika melihat papan tulis. Akhirnya, aku mau memakai kacamata. Kacamata itu baik buat kesehatan lho! Aku senang sekali memakai kacamataku yang baru.

Es Krim

Es Krim itu sangat enak. Tapi kalau banyak  banyak bisa buat kita sakit gigi. Kisah ini, aku mengarang sendiri, bukan kisahku sendiri.

Suatu hari, Rara dan Riri duduk disebuah taman. Mereka dengan senang, menjilat es krim mereka. Rara berbeda dengan Riri. Kalau Riri, menjilat dua es krim. Kalau Rara, hanya satu es krimnya. Karena Rara tahu, bahwa kalu makan es krim banyak banyak bisa buat sakit gigi. Bel berbunyi, Rara dan Riri melahap cepat es krim mereka.

Mereka pun pergi ke kelas .Siang itu belajar matematika, Riri lupa membawa PR matematika. Akhirnya Riri harus menulis 1 lembar penuh berisi “Aku tidak akan lupa mengerjakan PR lagi” memaki huruf sambung.

Esok harinya, Riri tidak masuk. Bu Nisa mengatakan bahwa Riri sakit gigi. Nah, dari cerita ini kita mendapatkan hikmah. Tentang Riri yang memakan es krim terlalu banyak. Peristiwa buruk Riri ada 2 deh !. Satu menulis huruf sambung, satu sakit gigi.

Bayi

Aku ingin sekali mencubit cubit pipi Davi. Davi adalah anak dari Bu Nisa. Davi itu laki laki, pipinya gembul dan tangannya mungil. Jika Davi dibawa ke kelas pasti semua perempuan mengerubungi Davi sambil berteriak “Daviiiiii !!!!” .  Davi itu masih bayi, jadi ngomongnya patah patah seperti “n-da”. Lucunya Davi jika Davi mendengarkan iklan, dia langsung berjoget.  

Matematika

Cita cita ku sebenarnya banyak tapi, yang paling aku seriuskan itu menjadi Dosen Matematika. Semenjak aku les KUMON, aku jadi tertarik dengan matematika/math. Aku mengira bahwa kebanyakan orang tertarik dengan math, tapi kenyataanya tidak. Teman temanku sangat membencikan math. Katanya math itu susah dan harus sangat teliti. Memang harus teliti, tapi kalau terus menerus mengerjakannya, kita akan merasa itu adalah pelajaran yang mudah bagi kita. Sampai ketemu di cerpen lagi bye ...  

“Duh Capek !”


“Sampai ketemu besok !” kata Maureen padaku. Aku hanya senyum dan melambaikan tangan. Aku pulang ke rumah dengan gembira.

 Tapi ketika aku melihat buku penghubungku, aku tersentak kaget. Besok Hiking !!!. Hiking nya akan ke Tanah Merah dan ke Sungai. Aku paling sebal dengan Hiking karena capek dan banyak badanku yang terkena gores. Kalau tidak ikut, nanti tidak ada nilai. Ya udah, aku ikutan Hiking deh!.

 Pagi jam 7 : 15, aku terburu buru membereskan baju dan melahap sandwichku. Aku pergi ke sekolah dan baris di depan kelas. Untung Bu Nisa belum datang jadi aku tidak dicatat gara gara terlambat. Siap Hiking ! kata Pak Dali menyemangati. Siap ! kata Murid 4 Salvia. 4 Salvia memang kelasku.

Murid 4 Salvia masuk ke kelas dan bersiap membawa tas dan peralatan lainnya. Bersama Arlyn aku memakai sepatu berbarengan. Aku memang teman terdekat Arlyn, tapi aku juga berteman dengan yang lain. Priit! Priit! peluit Pak Egi berbunyi, tanda untuk membentuk barisan Hiking.

 Lalu aku mengikuti jalan Pak Egi. Meskipun tanjakan aku tetap mengikutinya. 30 menit kemudian. Duh Capek ! itu kata kata yang belum pernah kuucapkan, akhirnya sekarang waktunya mengucapkan Duh Capek !. Aku sekarang berada di Tanah Merah. Memang semuanya tanah, tapi permainannya seru dan menantang.

 Setelah 30 menit lelah bermain, aku pergi ke sungai. Memang lumayan dekat, tapi jalanannya berlubang !. Aku hampir saja teriak karena aku terdorong oleh Dea dan Maira.

 Lalu aku melihat sungai yang tidak bisa kubayangkan. Tempatnya agak kotor, banyak sampah, lalu airnya berwarna cokelat. Aku bermain disana sepuas puas nya. 15 menit kemudian, aku memakan bekalku yang sangat banyak. Lalu kembali pulang dengan wajah “Duh Capek !” 















Berenang

Setelah kisah “Duh Capek !” aku membuat kisah lagi yang berjudul “Berenang”. Memang, sepertinya judulnya agak kurang kreatif, tapi kalau kisah yang sekarang ada banyak gambar nya.

 Pagi ini aku agak gugup karena guru sport ku akan mengetes untuk berenang. Aku tidak bisa berenang (meluncur). Tapi aku selalu berusaha untuk bisa meluncur.

  Byurrr ! Aku dan Arlyn kecipratan air dari Marsha. Aku pun bermain ciprat cipratan air dengan Arlyn dan Marsha. Priiit! Priiit ! bunyi peluit Bu Ari (asistennya Pak Egi). Aku di tes oleh Bu Ari ternyata aku masuk Golongan III yaitu golongan yang paling tidak bisa meluncur. Di Golongan III ada Inda, Lala dan aku.

 Aku pulang dengan wajah lesu karena masuk Golongan III.  Mama bertanya kenapa aku berwajah lesu. Aku jujur bilang bahwa aku masuk Golongan III.

 Mamaku pun mengajakku untuk les berenang setiap Hari Sabtu dan ada pembimbingnya. Aku seketika melonjak gembira, aku paling senang mengikuti les baru... 3 bulan setelah mengikuti les berenang... Hoooraaay ! ! ! ! ! Aku masuk Golongan I ... Makasih ya Mama karena masukin aku les berenang.